Banjir Peringkat Kedua Ancaman Bencana Setelah Gempa Bumi/Tsunami

 

Banda Aceh – Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin membuka secara resmi workshop penyusunan Rencana Kontijensi (Renkon) Banjir Kota Banda Aceh di Hotel Grand Permata Hati, Gampong Blang Oi, Meuraxa, Senin (8/8/2016). 

Acara yang digelar oleh BPBD Banda Aceh ini akan berlangsung hingga 12 Agustus mendatang ini diikuti oleh 50 peserta perwakilan berbagai instansi terkait baik dari unsur  pemerintahan, TNI/Polri, NGO, dunia usaha, dan awak media.

Dalam sambutannya, Zainal Arifin menyebutkan tak dapat dipungkiri Kota Banda Aceh merupakan daerah rawan bencana seperti gempa  bumi  dan tsunami serta banjir disamping bencana-bencana lain seperti kebakaran, angin puting beliung, dan epidemi.

“Hal tersebut berdasarkan hasil  kajian dari pertemuan melalui FGD  yang sudah disusun dalam  suatu dokumen yang disebut dengan dokumen Rencana Penanggulangan  Bencana,” kata pria yang akrab disapa Keuchik Zainal ini.

Pada tahun ini, katanya lagi, berdasarkan hasil kajian dalam Rencana Penanggulangan Bencana, peringkat kedua ancaman bencana di Banda Aceh setelah gempa dan tsunami  adalah banjir. “Oleh karena itu Pemko Banda Aceh  melalui  BPBD telah mengusulkan proposal program-program kegiatan yakni Desa Tangguh Bencana (Destana), Sekolah Aman Bencana, Renkon, Apel Relawan, dan Mitigasi Bencana Berbasis Masyarakat.” 

Untuk program Renkon Banjir ini, katanya lagi, Banda Aceh termasuk dalam 12 Kabupaten/Kota dari 136 Kabupaten/Kota prioritas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Kota Banda Aceh juga mendapat program Destana untuk 2 gampong yaitu Gampong Jawa dan Gampong Deah Glumpang dalam tahun ini.”

Ia menjelaskan, kontijensi adalah  suatu keadaan atau  situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. “Sedangkan perencanaan  kontijensi  adalah suatu proses perencanaan kedepan dalam keadaan tidak menentu,” katanya.

“Dalam Renkon nantinya akan ditetapkan skenario dan tujuan yang disepakati, tindakan teknis  dan manajerial, serta sistem tanggapan dan pengerahan potensi yang disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi bencana secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis,” pungkasnya.

Dalam laporan panitia yang disampaikan Rusmadi, disebutkan selain penyusunan Renkon Banjir, pihaknya juga akan menggelar uji lapangan (simulasi). “Simulasi direncanakan di Gampong Batoh atau Gampong Peuniti mengingat kedua gampong tersebut termasuk dalam wilayah rawan banjir,” katanya.

“Rencana kontijensi banjir yang akan disusun ini akan berlaku dan dapat  dipergunakan  sebagai rencana operasi apabila terjadi banjir di wilayah Kota Banda Aceh. Rencana kontijensi ini nantinya akan berubah menjadi rencana operasi pada masa tanggap darurat,” sebut Rusmadi. (Jun)


SHARE: