Walikota: Setiap Bangunan Harusnya Miliki Racun Api
Banda Aceh-Kebakaran merupakan bencana kedua terbesar di kota Banda Aceh, oleh karena itu masyarakat diminta untuk lebih tanggap dan waspada, salah satunya dengan memfasilitasi setiap bangunan dengan racun api. Bahkan untuk perkantoran yang bangunannya lebih luas diharapkan untuk menempatkan racun api lebih banyak.
Hal demikian dikatakan walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal pada sosialisasi Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) aparatur pemerintah Aceh dan kota Banda Aceh, Selasa (02/11).
Illiza berharap sosialisasi itu bisa meningkatkan kesadaran dari institusi pemerintah untuk penggunaan racun api di setiap bangunan pemerintahan.
“Karena memang kebakaran ini menjadi bencana kedua terbesar, karena memang sangat rawan, sumber apinya macam-macam, mau dari listrik, lilin, rokok dan sebagainya,” ujarnya.
Illiza mengatakan kebutuhan dari racun api setiap tahunnya tidak terlihat pembelian yang signifikan, padahal menurutnya racun api menjadi sebagai salah satu usaha pencegahan dari kebakaran.
“Jadi harus diantisipasi sebelum api membesar dengan racun api, atau sebelum datangnya pemadam kebakaran kita sudah terlebih dahulu berusaha sendiri,” lanjutnya.
Sementara itu terkait dengan jumlah armada pemadam kebakaran, Illiza mengatakan saat ini Banda Aceh memiliki 11 armada. Menurutnya dengan jumlah armada yang dimiliki, BPBD kota Banda Aceh tidak hanya melayani warga kota Banda Aceh, akan tetapi juga sebagian dari Aceh Besar.
“Armada kita sudah cukup untuk mengcover sembilan kecamatan di kota Banda Aceh ini, akan tetapi yang dilayani pemadam Banda Aceh bukan hanya Banda Aceh tapi juga Aceh Besar,” pungkasnya.
Bantuan Mobil pemadam bertangga Sementara itu kepala BPBD kota Banda Aceh Samsul Bahri mengatakan mulai tahun 2015 pihaknya akan memiliki satu mobil pemadam kebakaran bertangga yang merupakan bantuan dari pemerintah Aceh.
“Memang idealnya kita butuh mobil ini tiga unit, mengingat perkembangan kota semakin banyak gedung tinggi, namun harga mobil ini cukup mahal, mencapai 17 milyar per unit, jadi tahun ini kita dapat satu unit bantuan pemerintah Aceh, saat ini mobilnya masih di Jakarta, mungkin tahun depan bisa digunakan.” ujarnya. (bal)