Ketika Aminullah Larut dalam Didong Gayo
Banda Aceh – Kesenian Didong Gayo sukses mencuri perhatian ribuan warga kota yang memadati area Banda Aceh Car Free Day di Jalan Tgk Daud Beureueh, Minggu (16/12/2018), tak terkecuali Wali Kota Aminullah Usman.
Didong merupakan seni tradisi masyarakat Gayo yang memadukan gerak badan, tepukan tangan beralas bantal kecil, dan syair. Selain keunikan gerakan dan bunyi tepukan tangan yang dihasilkan, syair Didong yang berirama khas juga saran akan nasihat, nilai-nilai religi, dan kritik sosial.
Tak berapa lama setelah Didong mulai dimainkan di atas panggung utama, Wali Kota Aminullah pun ikut bergabung bersama 18 anggota Sangggar Ippemata. Tanpa canggung, Aminullah terlihat lihai mengikuti setiap gerakan tepukan tangan mengiringi para ceh yang tengah melantunkan syair.
Usai menjajal seni Didong Gayo yang menurut sejumlah literasi telah ada sejak abad ke-16 itu, Aminullah memuji kesenian tradisonal khas Negeri Antara tersebut. “Didong ini sangat unik dan enak ditonton. Selain gerakan dan bunyi serempak tepukan tangannya, syair Didong bisa menjadi media efektif penyampaian informasi atau pesan-pesan moral kepada masyarakat,” katanya.
Mantan Dirut Bank Aceh ini juga mengaku telah lama jatuh hati kepada Didong. “Saat masih menjabat Dirut Bank Aceh dari tahun 2000 hingga 2010 lalu, tiap kunjungan kerja ke Takengon dan sekitarnya, saya selalu minta agar seni Didong ini ditampilkan pada acara di sana,” ungkapnya.
“Makanya saya pribadi sudah tidak asing dengan seni Didong ini. Dan tadi saya spontan saja naik ke atas panggung, dan langsung bisa nyambung dengan para pemain Didong lainnya,” ungkapnya lagi.
Wali kota juga mengapresiasi para pemain Didong yang tampil di acara car free day karena mayoritas terdiri dari anak muda. “Didong adalah salah satu kekayaan Aceh di samping beragam seni budaya lainnya yang kita punya.”
“Apalagi Didong telah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh pemerintah pusat. Saya bahagia dan bangga melihat banyak anak muda yang mau belajar dan memainkannya. Tugas kita semua untuk melestarikan Didong ini, bukan hanya masyarakat Gayo saja,” sebutnya. (Jun)