Buka Musrena Regional II, Illiza: Kita Tidak Bisa Mengandalkan Pembangunan Fisik Semata
Banda Aceh – Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal membuka Musyawarah Rencana Aksi Perempuan (Musrena) Regional II, Senin (22/2/2016) di Aula Kantor Camat Meuraxa. Acara ini diikuti oleh ratusan ibu-ibu dari tiga kecamatan, yakni Meuraxa, Kutaraja, dan Jaya Baru.
Pada acara pembukaan tadi, turut hadir Kepala Bappeda Iskandar, Kepala KPPKB Badrunissa, dan Camat Meuraxa Heru Triwijanarko. Hadir pula Ketua TP PKK Fauziah Zainal Arifin, dan Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia.
Dalam arahannya, Wali Kota Illiza menyampaikan perencanaan dalam pembanguan itu sangat penting. “Coba kita analogikan dalam pengelolaan uang belanja bulanan dari suami, tanpa rencana yang baik tentu tidak akan pernah cukup.”
“Mengelola rumah tangga, gampong, dan kota ini harus dimulai dengan perencanaan yang baik. Sampaikan apa-apa saja yang menjadi kebutuhan kita dalam Musrena ini, baik itu program pembangunan fisik maupun SDM. Aspirasi ini akan kita bawa nantinya ke dalam Musrenbang,” katanya.
Menurutnya, kaum perempuan lebih cenderung mengusulkan program-program pembangunan SDM ketimbang pembangunan fisik. “Karena memang kita tidak bisa hanya mengandalkan pembangunan fisik semata. Membangun masyarakat terutama kaum perempuan itu lebih penting. Kita butuh beragam pelatihan agar punya kemampuan di bidang manajemen misalnya.”
”Dengan manajemen yang baik, ibu-ibu bisa lebih optimal mengembangkan home industry, mulai dari hak patennya, kemasan, hingga promosi. Kita juga bisa memasarkan produk secara online, modalnya harus punya kemampuan di bidang teknologi khususnya internet,” kata Illiza.
Pada kesempatan itu, Illiza juga mengapresiasi dukungan kaum perempuan Banda Aceh terkait program kantong plastik berbayar yang baru diluncurkan, Minggu (21/2) kemarin. “Nah, ini juga bisa menjadi peluang untuk menambah income bagi ibu-ibu. Usulkan program pelatihan membuat tas belanja, bahannya bisa dari anyaman, kain, dan lain-lain,” sebutnya.
Mengakhiri sambutannya, ia mengungkapkan partisipasi kaum perempuan di Banda Aceh merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia dan dirinya menyatakan bangga akan hal tersebut. “Jika perempuannya sudah bagus, maka akan bagus pula sebuah negara. Begitu pula sebaliknya,” sebutnya lagi.
“Sebagian orang di luar sana masih ada yang menganggap penerapan Syariat Islam akan menghambat perempuan untuk maju. Apakah ada di antara kita yang merasa terhambat ibu-ibu?” tanya Illiza. Ratusan ibu-ibu yang hadir pun dengan kompak menjawab bahwa Syariat Islam sama sekali tidak membatasi ruang gerak mereka untuk berkarya. (Jun)