Bahas Soal Inflasi, TPID Gelar Rapat
Banda Aceh – Harga Cabe Merah di Banda Aceh terus merangkak naik, dari Rp. 31.162/Kg pada Februari 2016 terus naik hingga Rp. 47.606 pada minggu ke II Bulan Maret 2016.
Kenaikan harga salah-satu komoditas strategis ini terungkap dalam rapat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Banda Aceh, Kamis (17/3/2016) di ruang rapat Sekdakota Banda Aceh.
“Selain Cabe Merah, komoditas strategis lainnya yang terus naik harganya adalah Bawang Merah yang hingga saat ini telah mencapai Rp. 38.684/Kg. Padahal di Minggu I Maret harganya sudah sempat turun menjadi Rp. 31.114 dari Rp. 34.414/Kg pada Februari 2016,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banda Aceh, Surya Adi Taufik.
Dalam rapat yang dipimpin Asisten Keistimewaan, Ekonomi dan Pembangunan Setdakota Banda Aceh, Ir Gusmeri ini, juga terungkap beberapa komoditas lain yang mengalami kenaikan harga pada bulan Februari dan menyebabkan terjadinya inflasi di Banda Aceh sebesar 0,02 persen. Beberapa komoditas strategis lainnya yang mengalami kenaikan tersebut diantaranya, daging sapi, dan minyak goreng. Inflasi terjadi diyakini karena pada Bulan Februari seluruh warga Banda Aceh melaksanakan kenduri Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang menyebabkan sejumlah komoditas menjadi incaran warga untuk kebutuhan kenduri tersebut.
Sementara beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga adalah daging ayam ras, telur ayam ras dan gula pasir. Sedangkan harga beras tetap stabil, selain karena sedang musim panen, kestabilan harga beras juga disebabkan karena telah didistribusikannya Raskin oleh Bulog kepada warga Kota.
Turut hadir dalam rapat ini, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan, Samsuar, Kabag Ekonomi Setdakota Banda Aceh, Arie Maula Kafka, Kabag Humas Setdakota Wirzaini Usman, Perwakilan dari Bappeda dan Dinsosnaker Kota serta dari Dishubkominfo Kota Banda Aceh.
Bahas Inflasi di Forum Basajan
Sementara itu, Asisten Keistimewaan, Ekonomi dan Pembangunan, Gusmeri mengatakan persoalan inflasi juga akan dibahas di forum Basajan (Banda Aceh, Sabang dan Jantho).
Menurut Gusmeri, persoalan inflasi perlu dibahas diforum tersebut karena ketiga wilayah ini merupakan daerah yang saling ketergantungan, dimana merupakan daerah penghasil dan konsumen.
“Saya pikir bukan hanya soal kerjasama wisata saja yang perlu kita bahas, inflasi juga perlu kita bahas di forum Basajan nanti,” ungkap Gusmeri.
Sementara itu, perwakilan dari BI, Achmad memberikan masukan agar ada sebuah kerjasama perdagangan antar wilayah yang dikuatkan dengan SK pimpinan daerah.
“Ini sangat dimungkinkan dan telah dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia,”
Kata Achmad, ada tiga model kerjasama yang bisa dilakukan, yakni government to government, bisnis to bisnis dan government to bisnis.
“Salah-satu model ini saya pikir bisa dimanfaatkan oleh Banda Aceh dan Aceh Besar. Misalnya di Aceh Besar banyak sapinya dan Banda Aceh ada RPHnya,” tambah Achmad. (Mkk)