Menteri Yohana Kunjungi Merduati dan Lampulo
Banda Aceh – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Prof Dr Yohana Susana Yembise, melakukan kunjungan kerja ke Gampong Merduati dan Gampong Lampulo, Banda Aceh, Senin (27/4/2015).
Agenda utama Menteri Yohana adalah meresmikan Pos KDRT di Merduati sebagai desa pilot project di Aceh. Selain itu juga untuk bersilaturahmi dan berdialog langsung dengan masyarakat setempat khususnya kaum perempuan.
Kedatangan menteri wanita pertama dari tanah Papua ini disambut langsung oleh Wali Kota Banda Aceh Hj Illiza Saaduddin Djamal SE di halaman Kantor Keuchik Merduati, Kutaraja, Banda Aceh.
Sebelum menggelar pertemuan di Balee Inong setempat, Menteri Yohana dengan didampingi Illiza menyempatkan diri untuk menyapa dan bernyanyi bersama dengan puluhan anak-anak TK yang turut hadir di sana.
Dalam sambutannya, Yohana mengatakan permasalahan yang dialami kaum perempuan merupakan isu global dan kerap dibicarakan di skala internasional. “Sebagai pilot project Pos KDRT, tentu kehidupan perempuan di sini harus lebih baik dengan tetap menjaga nilai-nilai agama dan budaya.”
Ia juga mengapresiasi kasus-kasus KDRT di yang bisa diselesaikan secara adat oleh tokoh masayarakat setempat tanpa harus berlanjut ke ranah hukum. “Yang terpenting Gampong Merduati ini harus bebas dari KDRT dan kekerasan terhadap anak,” katanya.
Sementara Wali Kota Illiza di hadapan menteri menyebutkan Pos KDRT di Banda Aceh sudah lama dirintis, namun realisasinya baru bisa diwujudkan akhir-akhir ini. “Kasus KDRT di Banda Aceh semakin meningkat, hal ini disebabkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melapor. Tahun ini tercatat ada 39 kasus KDRT di Banda Aceh,” katanya.
Saat ini, sambung wali kota, Banda Aceh sedang menuju ke Kota Layak Anak. “Salah satu aksi konkretnya adalah pengurusan akte kelahiran anak di Kota Banda Aceh tidak dipungut biaya alias gratis.”
Hal lain yang disinggung Illiza adalah soal Balee Inong yang sudah terbentuk sejak 2007 lalu untuk menampung aspirasi dan mengembangkan potensi kaum perempuan. “Berbeda dengan PKK yang hanya fokus pada 10 program pokoknya, di Balee Inong kita juga melatih public speaking untuk meningkatkan keterlibatan perempuan di dalam masyarakat,” katanya.
Ia menambahkan, mengingat peran kaum perempuan dalam Musrenbang juga masih kurang, pihaknya juga menggagas terbentuknya Musyawarah Rencana Aksi Perempuan (Musrena) yang nantinya juga akan ditampung dalam Musrenbang.
“Ini semua kita lakukan untuk mengejar ketinggalan kaum perempuan. Berdasarkan hasil survei, tingkat partisipasi kaum perempuan di Banda Aceh saat ini tertinggi di Indonesia,” katanya lagi.
Sementara saat berkunjung ke Gampong Lampulo, Menteri Yohana sangat tertarik dengan industri pengolahan Keumamah (ikan kayu) yang dikerjakan oleh kaum perempuan di sana.
Salah satunya adalah industri pengolahan Keumamah milik Fauziah di bawah binaan Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Banda Aceh. Melalui bantuan pemerintah, ikan kayu produksi Fauziah dan kawan-kawan selama ini kerap dibawa oleh CJH Aceh yang berangkat ke tanah suci.
“Nanti kita koordinasikan supaya ibu-ibu dari Lampulo bisa berangkat ke Papua untuk mengajari pembuatan ikan kayu bagi kaum perempuan di sana,” kata Yohanna yang pada kesempatan itu juga meninjau sejumlah produk kuliner dan tekstil yang dihasilkan oleh kaum perempuan setempat.
Selain Illiza, turut mendampingi Menteri Yohana antara lain Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Aceh Dra Hj Dahlia SAg, Kadisperindagkop Aceh Safwan SE MSi, Kepala KPPKB Banda Aceh Ir Badrunnisa, Angota DPRK Banda Aceh Syarifah Munirah SAg dan sejumlah awak media. (Jun)