Ratusan Abang Becak Ikuti Workshop Pelayanan Transportasi Wisata
*Illiza: Abang Becak Duta Kota Madani
Banda Aceh – Ratusan Abang Becak yang tergabung dalam sejumlah komuitas penarik becak motor roda tida di Kota Banda Aceh mengikuti Workshop Peningkatan Pelayanan Transportasi Wisata di Aula Lantai II Gedung C, Balai Kota Banda Aceh, Rabu (29/7/2015).
Workshop yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banda Aceh akan berlangsung selama dua hari, mulai hari ini hingga Kamis (30/7) besok. Adapun tema yang diangkat yakni “Melalui Kegiatan Workshop Peningkatan Pelayanan Transportasi Wisata, Kita Wujudkan Banda Aceh Sebagai Kota Tujuan Wisata Islami”.
Zainal Arifin SSos selaku ketua pelaksana, menyebutkan, peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 100 lebih Abang Becak dari lima komunitas penarik becak yakni F Pertinad, Pertiba R, Pertisa, Tanoh Pusaka dan Kamoesa.
Menurutnya, selain untuk membangun silaturahmi antar komunitas Abang Becak dengan pemerintah yang difasilitasi oleh Disbubpar Banda Aceh, ajang ini digunakan pihaknya untuk mendata jumlah Abang Becak yang beroperasi di Kota Banda Aceh.
“Tujuan utamanya, kami ingin memberikan pemahaman lebih terkait adat istiadat dan budaya Aceh kepada para Abang Becak, mengingat Becak merupakan ujung tombak pelayanan wisatawan di kota kita khususnya bagi wisatawan dari manca negara.”
Tujuan lain yang tak kalah penting, lanjutnya, dalam workshop ini pihaknya juga memberikan pemahaman terkait safety riding bagi para Abang Becak saat membawa wisatawan. “Pemateri dalam workshop kami undang dari pihak Disbudpar, Dishubkominfo, Ketua MAA Banda Aceh dan pelaku usaha pariwisata yang bersentuhan langsung dengan transportasi wisata khususnya Becak,” sebutnya.
Acara itu sendiri secara resmi dibuka oleh Asisten Keistimewaan, Ekonomi dan Pembangunan Setdako Banda Aceh Ir Gusmeri MT yang mewaliki Wali Kota Banda Aceh Hj Illiza Saaduddin Djamal SE.
Sebelum membacakan sambutan tertulis dari wali kota, Ir Gusmeri mengapreasiasi para Abang Becak yang kini menjadi penyedia jasa transportasi favorit bagi wisatawan dari luar negeri. “Mereka senang naik Becak, karena bisa mengantar mereka kemana saja. Namun ingat, berlakukan tarif sewajarnya sesuai ketentuan. Pemulia jamee adat geutanyoe, amanah indatu kita harus selalu kita pegang teguh,” sebutnya.
Selain itu, selama mengikuti workshop tersebut, ia juga meminta para Abang Becak untuk aktif bertanya maupun menyampaikan segala unek-uneknya. “Nanti insya Allah akan kita tampung melalui Disbudpar. Kepada para Abang Becak kita juga akan usahakan pengadaan rompi yang seragam agar lebih semangat,” sebutnya pada acara yang turut dihadiri oleh Kadisbudpar Kota Banda Aceh Fadhil SSos MM tersebut.
Illiza: Abang Becak Duta Kota Madani
Sementara itu, Wali Kota Illiza dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Gusmeri, menyebutkan, Becak sebagai salah satu bagian dari sistem transportasi di Kota Banda Aceh, memiliki peran tersendiri di dalam menghidupkan aktivitas pariwisata. “Dengan kekhasannya, becak menjadi sarana transportasi yang cukup populer bagi para pendatang atau turis di Kota Banda Aceh.”
Oleh sebab itu, Abang Becak juga harus mulai berfikir maju dan profesional di dalam memberikan pelayanan jasa. Baik dari segi kebersihan, kerapian, tata krama di jalan raya, maupun masalah tariff atau ongkos Becak. “Jika memungkinkan, penarik becak juga harus mampu berbahasa asing, sehingga komunikasi menjadi lancar dan menciptakan kenyamanan bagi para turis khususnya dari mancanegara,” sebut wali kota.
Menurutnya, baik atau buruk kualitas pelayanan yang diberikan akan membekas dan memberikan kesan yang menjadi pengalaman yang dapat diceritakan dan diteruskan oleh wisatawan kepada keluarga ataupun teman-teman lainnya.
“Jika kita memberikan kesan baik, maka nama penarik becak di Kota Banda Aceh akan menjadi baik. Sehingga becak tidak hanya sekedar sarana transportasi, namun juga menjadi sasaran atau tujuan dari kegiatan wisata itu sendiri khususnya di Kota Banda Aceh.”
Ia menambahkan, para penarik becak atau Abang Becak sebagai pelaku wisata yang terlibat langsung dengan para wisatawan akan menjadi tolok ukur atau indikator kemuliaan Kota Banda Aceh. “Dengan memberikan pelayanan yang sopan, ramah dan jujur, maka penarik becak dapat menjadi duta-duta kota Madani yang dapat mencerminkan nilai-nilai yang kita junjung tinggi, yaitu nilai-nilai islami,” sebutnya.
“Tunjukkanlah jati diri kita sebagai seorang muslim, sebagai bagian dari masyarakat madani, dan sebagai penarik becak yang dapat menjadi teladan bagi para pelaku wisata lainnya. Dengan demikian, Becak akan semakin populer dan semakin disukai sebagai sarana transportasi pilihan khususnya untuk kegiatan wisata,” pungkas wali kota. (Jun)