Joko Mursito : Sanitasi Banda Aceh Dapat dijadikan Referensi Nasional

Banda Aceh – Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Ditjen Cipta Karya Kementeriian Pekerjaan Umum, Ir Joko Mursito Dipl SE MM mengatakan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) di Kota Banda Aceh dapat dijadikan sebagai referensi bagi daerah lain di Indonesia.
Hal ini disampaikannya usai pembukaan acara Sosialisasi Pengelolaan Prasarana dan Sarana Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP), Rabu, (4/9) di Hermes Palace Hotel, jalan P Nyak Makam Banda Aceh.
Menurutnya, apa yang telah dilakukan Pemko Banda  Aceh pasca bencana tsunami 2004 terkait penyediaan sanitasi merupakan  sebuah hal yang patut ditiru oleh daerah-daerah lain di Indonesia.
“Makanya  sosialisasi ini kita gelar di Banda Aceh, jadi teman-teman dari peserta  dari daerah lain dapat mempelajari apa yang tah dilakukan Banda Aceh  yang sanitasinya sudah sangat baik” jelas Joko terkait ditunjuknya Banda  Aceh sebagai tuan rumah sosialisasi kali ini.
“Meski porak-poranda oleh tsunami, tapi Banda Aceh mampu merancang dan memiliki sistem pengelolaan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan permukiman yang sangat memadai. Adanya bank-bank sampah di desa-desa dan sekolah-sekolah, adanya penampungan sampah sementara, sistem drainase sangat bagus dan memiliki TPA yang refresentatif adalah bukti Banda Aceh telah lebih baik dari daerah lain” ujarnya lagi.
Katanya lagi, Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan lagi kepedulian daerah untuk pembangunan dan pengelolalaan penyehatan lingkungan perkmukiman.
“Baru 57 persen sanitasi yang layak di Indonesia, artinya masih ada 43 persen yang belum layak. Hal ini disesabkan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup sehat. Dan belum tingginya komitmen pemerintah daerah untuk penyediaan sanitasi serta masih kurngnya SDM atau aparatur yang mengerti tentang PPLP” ungkap Joko.
Sementara  itu, Walikota Banda Aceh Ir Mawardy Nurdin M  Eng Sc dalam sambutannya mengatakan pemahaman masyarakat terhadap  pentingnya kebersihan lingkungan harus ditingkatkan, jika tidak ingin  terus menerus mengeluarkan biaya besar sebagai konsekuensi prilaku  kesehatan masyarakat yang masih buruk. Pemerintah harus mampu mengajak  masyarakat untuk peduli dan menjadi masyarakat berwawasan ekologi. 
Menurut  Mawardy, dibutuhkan dua cara membentuk masyarakat berwawasan ekologi,  pertama dengan menyampaikan masalah-masalah lingkungan yang mendasar  kepada masyarakat dan kedua menyampaikan faktor-faktor utama sosial,  ekonomi, dan politik yang membentuk alasan dasar kerusakan lingkungan.  Kedua pendekatan itu bersandar dalam kerangka kemitraan yang  berkolaborasi dengan berbagai tokoh dan lembaga.
Katanya lagi,   pihaknya terus melakukan langkah-langkah untuk menuntaskan masalah  kesehatan lingkungan. Karena, tanpa lingkungan yang bersih, takkan lahir  generasi yang cerdas, sehat dan berakhlak mulia. Salah  satunya adalah dengan mengajak masyarakat untuk terlibat langsung dalam  penggunaan air limbah yang terpusat dan dikelola sejak 2010-2012.
Saat  ini, lanjut Mawardy, Banda Aceh telah memiliki sistem pengelolaan  sampah dengan sanitary landfill dengan fasilitas yang terbilang  lengkap.  Bahkan, dengan bantuan donor, Pemko terus merampungkan  pembangunan drainase di seluruh penjuru Banda Aceh, dan terkoneksi ke  Kabupaten Aceh Besar, sejak 2009.
“Tahun ini, realisasi pengerjaannya  mencapai 80 persen. Kami berharap, proyek yang menghabiskan banyak  biaya ini dapat mengurai masalah banjir yang juga menjadi masalah di  kota-kota besar di Tanah Air” ujar mawardy.
Kata Mawardy lagi, kota-kota besar memang sering dihadapkan dengan persoalan sampah. Ini terjadi tidak hanya di negara berkembang. Karena itu, menciptakan masyarakat yang berorientasi pada sistem daur ulang akan sangat membantu mengurangi masalah yang ditimbulkan akibat sampah ini.
Di akhir sambutannya, selaku tuan rumah Mawardy berharap forum ini  dapat memberikan masukan penting bagi semua peserta dari 25  kabupaten/kota dalam memperbaiki kualitas hidup melalui lingkungan yang  sehat dan produktif. Karena menurut Mawardy, pada dasarnya, seluruh kota  memiliki permasalahan yang sama dan perlu kerja bersama-sama untuk  mengentaskan permasalahan-permasalahan tersebut dan menjadikannya  sebagai sebuah solusi hidup yang lebih baik, demi masa depan yang lebih  sehat.
Mawardy yakin,  dengan beragam pendekatan konsep dan keyakinan  akan dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, cerdas dan  madani. 
Sosialisasi ini berlangsung selama Dua hari, yakni tangga 4 dan 5 September. 25 bupati dan Walikota hadir sebagai peserta pada acara ini, di antaranya Walikota Banjar Baru HM Ruziadin Noor, Bupati Bantul Sri Surya Widati, Bupati Kabupaten Pati Haryanto SH MM M Si, Bupati Karang Anyar Dr Hj Rina Irianan Sri dan beberapa daerah lainnya. Selama mengikuti sosialisasi, para peserta juga akan mengunjungi berbagai infrastruktur terkait pembangunan sanitasi di kota Banda Aceh, seperti Drainase Retension Basin Ule Lheu dan lainnya. (Mkk)
                        