Aminullah: Alhamdulillah Banda Aceh Bangkit Kembali Pasca Tsunami

Banda Aceh – Kamis, 26 Desember 2019, tepat 15 tahun sudah bencana maha dahsyat gempa bumi dan tsunami pernah meluluhlantakkan Kota Banda Aceh dan beberapa kabupaten/kota lainnya di Aceh.

“Dan Alhamdulillah hari ini Banda Aceh bangkit kembali pasca tsunami,” ungkap Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman pada Closing Ceremony Peringatan 15 Tahun Tsunami yang digelar Himatesip Unmuha di Taman Budaya.

Menurutnya, secara kasat mata pembangunan sudah terlihat di Ibukota Provinsi Aceh ini dalam beberapa tahun terakhir, “dan berdasarkan angka-angka, IPM Banda Aceh 84,37 nomor tiga tertinggi di Indonesia setelah Yogyakarta dan Jakarta Selatan.”

Begitu juga dengan angka kemiskinan per 2018 tercatat 7,25 persen. “Kalau pusat sekira 10 persen dan provinsi masih di atas 15 persen. Sementara pengangguran kita hanya tersisa 7,29 persen. Padahal kota kita adalah pusat terdampak gempa/tsunami 2004,” ungkapnya.

Dan selama tahun 2019 saja, puluhan prestasi baik tingkat provinsi, nasional, maupun internasional mampu diraih Banda Aceh. “Saya yakin dan optimis dengn kerja keras dan dukungan segenap elemen kota, kita akan lebih baik pada masa mendatang,” ungkapnya lagi.

Pada kesempatan itu, Aminullah juga mengapresiasi kegiatan para mahasiswa Teknik Sipil Unmuha tersebut untuk mensosialisasikan mitigasi bencana kepada masyarakat.

“Sesuai tema yang diangkat; peran penting infrastruktur dalam mitigasi bencana, saya meminta agar semua bangunan di Banda Aceh harus sesuai dengan standar kota rawan bencana.”

Sebagai salah satu saksi hidup bencana gempa bumi dan tsunami 2004, mantan Dirut Bank Aceh menceritakan bahwa rumah pribadinya di Lampaseh Aceh pernah diangkat dalam sebuah film dokumenter produksi Jerman.

Pasalnya, rumah yang dihuni bersama keluarga besarnya itu merupakan satu-satunya rumah di kawasan Lampaseh Aceh dan sekitarnya yang masih berdiri kokoh saat terjangan tsunami.

“Rumah saya saya itu saat dibangun oleh ahli konstruksi, pondasinya sangat kokoh. Kedalaman tiangnya saja setara delapan cincin sumur. Dan alhamdulilah saya sekeluarga dan banyak juga warga sekitar yang selamat saat tsunami di rumah tersebut.”

Ia pun berbagi sekilas saat detik-detik tsunami menyapu desa tempatnya tinggalnya hingga sekarang itu. “Airnya mencapai lantai tiga rumah saya, tingginy sekira delapan meter. Saya ingat sebuah bangunan Meunasah yang dibawa air juga sempat nyangkut di atas rumah kami,” kenangnya.

Usai bencana, dirinya dan keluarga pernah berpikir tak mungkin lagi tinggal di Banda Aceh yang begitu sudah porak-poranda saat itu. “Namun nyatanya keluarga kami yang tinggal perdana di sana tak lama setelah tsunami,” kenangnya lagi

“Itulah kuasa Allah, kita hanya bisa berserah diri dan terus memperbaiki diri. Tapi ingat, mitigasi bencana wajib kita perkuat, terutama soal infrastruktur yang tahan gempa dan tsunami,” demikian Aminullah Usman.

Sebelumnya di tempat yang sama, Ketua Himatesip Unmuha Junaidi mengatakan, kegiatan tersebut merupakan ajang tahunan pihaknya untuk memperingatinya musibah yang merenggut ratusan ribu nyawa itu.

“Lewat ajang ini kami ingin mengajak segenap elemen masyarakat untuk mengenang tragedi pilu 15 tahun lalu, dan mensosialisasikan pentingnya mitigasi bencana. Kami tadi juga telah membagikan 1.000 bunga mawar kepada masyarakat dan donasinya akan kami serahkan kepada kaum disabilitas,” katanya.

Turut hadir pada acara yang dirangkai dengan pembagian hadiah kepada para pemenang “Civil Competition 2019” itu antara lain Rektor Unmuha yang diwakili oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Zardan Arabi dan Dekan Fakultas Teknik Unmuha Hafnidar A Rani. (Jun)


SHARE: