Aminullah : Maulid Seuradek, Woyla Timur Khidmad dan Unik

Aceh Barat – Perayaan Maulid Nabi yang dalam bahasa Aceh disebut Kenduri Maulod merupakan perayaan memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW atau di Aceh disebut memperingati kelahiran Pang Ulee Alam (penghulu Alam). Keunduri Maulod sudah menjadi tradisi dalam masyarakata Aceh. Bahkan yang terbesar bila dibandingkan dengan tradisi-tradisi lain di Aceh.

Kenapa dikatakan tradisi terbesar? Karena tidak ada desa (Gampong) yang tidak merayakannya meskipun dalam skala kecil. Kemudian dilaksanakan juga di tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi yang dilakukan secara besar-besaran. Pada setiap perayaan maulid itu dan sudah menjadi tradisi hampir dapat dipastikan ada penyembelihan sapi atau kerbau.

Dalam kalender Aceh, ada tiga bulan berturut yang disebut dengan bulan maulod, yaitu pada bulan Rabiul Awal disebut Maulod Awai (Maulid Awal) yang dimulai dari tanggal 12 Rabiul Awal sampai berakhir bulan Rabiul Awal.

Aminullah Usman, putra Aceh dari wilayah barat, yang sangat menjaga tali silahturahmi, memaknai maulid Nabi ini sebagai ajang kesempatan langsung berbaur bersama warganya. Momen ini kemudian dimanfaatkan untuk menampung aspirasi masyarakat kota. Serta bisa berbagi bersama dengan anak yatim. Karena itu juga merupakan ajaran Nabi yang menyuruh kita untuk mencintai anak yatim.

Tidak hanya di Banda Aceh, Aminullah juga mengikuti rangkaian serta menggelar maulid di tanah kelahirannya Seuradeuk,Woyla Timur. Yang tampak dari rangakaian kegiatan adalah di sana tidak dikenal kuah beulangong seperti di Aceh Besar dan sekitarnya. Di daerah ini, daging dimasak di rumah masing-masing atau kelompok rumah yang telah ditentukan sendiri, lalu tiap tiap gampong membawa sajian sajian makanan tersebut ke menasah untuk selanjutnya dapat dinikmati oleh semua masyarakat.

Sesampai di kampung Halamannya, Seuradeuk, Woyla Timur, Aminullah beserta istri, Nurmiati dan keluarga besarnya langsung disambut oleh masyarakat sekitar dan mengawali langkahnya mengunjungi makam ibu beliau, yang terletak sekitar 200m sebelum rumah induk keluarga besar Aminullah Usman.

Tidak lupa Wali Kota juga berziarah ke makam guru pertama nya Tgk.M.Nur di Dayah Tgk.Alue Bubrang, Seuradeuk, Woyla Timur. Rutinitas ini selalu di lakukan oleh Aminullah jika ia berkunjung ke kampung halamannya di Seuradeuk. “Guru itu orang tua setelah diluar rumah,jika dirumah, ibu adalah guru kita,jika dluar, guru adalah orang tua kita, ujarnya.

Selanjutnya para tamu undangan yang turut hadir dipersilahkan mencicipi makanan khas dari daerah tersebut yaitu ketan dan bupayeeh, setelah itu Pak Amin ( panggilan akrab oleh warga seuradeuk) langsung beranjak ke meunasah untuk melihat serangkaian kegiatan yang didalam nya dirangkai dengan zikir (dikee) dengan bacaan puji pujian untuk nabi SAW. Di daerah kelahirannya ini budaya me-dikee melibatkan semua masyarakat gampong yang diundang. Mereka duduk berkelompok pada kelompok gampong sendiri kemudian meu-dikee. Menariknya pada saat perayaan maulod, meu-dikee selain dilakukan secara duduk juga kemudian dilanjutkan secara berdiri yang disebut dikee dong.

Tidak ketinggalan, Aminullah yang dikenal sebagai sosok yang ramah ini langsung berbaur dengan ratusan masyarakat untuk mengikuti dikee. Dan di penutup kegiatan dike diakhiri dengan makan bersama.

Setiap daerah memiliki ciri khas perayaan maulod nya masing masing. Apapun kegiatan atau rangkaiannya adalah sebagai ungkapan atau luapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Kekuatan zikir telah menjadi senjata umat Islam terutama di Banda Aceh. “Saatnya kini kita membumikan kembali zikir untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjadi pondasi untuk meraih kegemilangan di dunia dan akhirat”, tambah Aminullah.

Tidak ketinggalan Wakil Walikota Banda Aceh, Zainal Arifin, Sekda, Bahagia beserta jajaran pemko dan RAPI juga turut hadir dalam kegiatan maulod di kampung halaman Wali Kota Banda Aceh di Seuradeuk, Woyla Timur. (Iin)


SHARE: